LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA
DASAR
TITRASI ASAM BASA
TRIE
WIDIARTI
CBA
114 053
KELOMPOK
X
![]() |
JURUSAN SOSIAL
EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
TITRASI ASAM BASA
Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten
Praktikum pada:
Hari :. . . . . . . . . .
Tanggal :. . . . . . . . . . 2015
ASISTEN PRAKTIKUM
KAHPIANNOR
CAA 113 036
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ii
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang ......................................................................................
1
1.2.
Tujuan
3
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Titrasi....................................................................................
4
2.2.
Pengertian
Asam dan Basa
4
III. BAHAN
DAN METODE
3.1.
Tempat
dan Waktu ...............................................................................
6
3.2.
Bahan
dan Alat
6
3.3.
Cara
Kerja
6
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Pengamatan ..................................................................................
8
4.2.
Pembahasan
........................................................................................... 8
V.
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan ........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Praktikum kimia dasar dengan materi Titrasi asam basa, dalam pengertian titrasi
asam basa di bagi menjadi tiga menurut para ahli yaitu : a). Teori Arrhenius Pada tahun 1886, Svante August Arrhenius, seorang ilmuwan dari Swedia menyatakan teori tentang
asam dan basa. Menurut Arrhenius, asam merupakan zat yang menghasilkan ion
hydrogen apabila terlarut dalam air, sedangkan basa didefinisikan sebagi zat
yang menghasilkan ion hidroksida jika dilarukan dalam air. Jadi teori ini haya
terbatas pada pelarut air saja. Jika pelarutnya bukan air dan zat yang terurai
tidak mengandung hydrogen dan hidroksida, teori ini tidak berlaku. Contoh
reaksi yang tidak dapat dijelaskan dengan teori Arrhenius yaitu : N ¬ H3
+ HCl ---> NH4Cl Reaksi tersebut tidak
melibatkan adanya H+ dan OH-. Proses terurainya zat menjadi ion-ion disebut
ionisasi; b). Teori Bronsted dan Lowry
Pada tahun 1923, Johannes Nicolaus Bronsted, seorang kimiawan dari Danmark dan Thomas Martin Lowry, yang juga seorang kimiawan dari Amerika Serikat
mendefinisikan tentang asam basa. Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah
spesi yang memberikan (donor) proton, sedangkan basa adalah spesi yang
bertindak sebagai penerima proton dalam suatu reaksi transfer proton. Teori Bronsted dan Lowry melengkapi konsep asam basa
Arrhenius. Ion hidroksida dalam teori Arrhenius tetap menjadi asam dalam teori
Bronsted dan Lowry. Ion hidroksida ini menerima ion hydrogen membentuk
H¬2O. Teori Bronsted dan Lowry ini memiliki keleman tidak dapat
menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan transfer proton; dan c).
Teori Lewis Pada tahun 1923, Gilbert N. Lewis seorang kimiawan dari Amerika Serikat mendfinisikan
asam basa berdasarkan teori ikatan kimia. Menurut Lewis, asam adalah penerima
(akseptor) pasangan electron bebas. Sementara itu, basa adalah pemberi
atau donor pasangan electron bebas. Teori
asam basa lewis lebih luas pengertiaannya dibandingkan dengan dua teori
sebelumnya. Spesi apapun yang dapat menerima pasangan electron bebas disebut
asam Lewis. Contoh asam Lewis yaitu H+, B2H6, BF6, AlF6, Fe2+, Cu2+, dan
Zn2+. Suatu spesi tidak selalu menyediakan orbital kosong untuk menjadi
asam Lewis. Spesi beruba molekul atau ion
yang mendonorkan pasangan electron bebasnya disebut basa Lewis. Contoh ion
halide (Cl-, F-, Br- dan I-), NH3, OH-, H2O senyawa yang mengandung unsure N, O
atau S senyawa golongan eter, keton dan CO2. Pada tahun 1886, Svante August Arrhenius, seorang
ilmuwan dari Swedia menyatakan teori tentang asam dan basa. Menurut Arrhenius,
asam merupakan zat yang menghasilkan ion hydrogen apabila terlarut dalam air,
sedangkan basa didefinisikan sebagi zat yang menghasilkan ion hidroksida jika
dilarukan dalam air. Jadi teori ini haya terbatas pada pelarut air saja (Arham,
2013)
Indikator
asam-basa adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam
jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Pada
temperatur 25° Celsius, nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah
nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas nilai tersebut larutan
dikatakan basa. Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan
makhluk hidup mudah melepaskan proton (bersifat sebagai Asam Lewis), umumnya Asam Karboksilat dan Amina, sehingga indikator asam-basa banyak
digunakan dalam bidang kimia hayati dan kimia analitik. Mekanisme perubahan warna
oleh indikator adalah reaksi asam-basa, pembentukan kompleks, dan reaksi redoks (Zaid, 2008)
Kegunaan
larutan asam Selain asam ada juga senyawa basa dikenal dalam kehidupan
sehari-hari seperti aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida yang terdapat
pada obat maag dan kalsium hidroksida atau air kapur.
Larutan asam dan basa dapat dibedakan melalui pengujian dengan indikator. Indikator yang sering digunakan adalah lakmus merah dan lakmus biru. Asam-basa juga dikenal di bidang pertanian dan lingkungan hidup yaitu berkaitan dengan pH atau derajat keasaman tanah atau air. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan indikator universal. Kata ”asam” berasal dari bahasa Latin “acidum” atau “acid” dalam bahasa Inggris. Kata asam ini dikaitkan dengan rasa asam dari senyawa-senyawanya. Lawan dari asam yaitu ”alkali”, kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti abu tanam-tanaman. Senyawa alkali lebih dikenal dengan nama basa. basa dapat bereaksi dengan asam membentuk garam. Banyak contoh garam yang digunakan dalam kehidupan. Yang paling sering digunakan adalah garam dapur atau natrium klorida. Pada bahasan berikutnya akan diuraikan tentang larutan asam, basa, dan garam serta indikator asam basa.
Larutan asam, basa, dan garam memiliki sifat yang berbeda. Hal ini dapat diamati melalui suatu percobaan dengan menggunakan indikator atau dengan mempelajari rumus dan reaksi-reaksinya. Salah satu cara yang paling mudah untuk membedakan sifat larutan asam dan basa yaitu dengan menggunakan lakmus merah dan lakmus biru.Selain dengan indikator kertas lakmus, identifikasi larutan asam basa bisa digunakan fenolftalein. Dalam kehidupan sehari-hari basa sering digunakan sebagai bahan pembuatan shampo (sampo) bersama-sama dengan lemak atau minyak. Selain itu di bidang kesehatan, Aluminium hidroksida digunakan sebagai bahan obat sakit perut (maag), magnesium hidroksida untuk bahan obat pencahar. Sabun yang kita gunakan bisa dibuat dari basa natrium hidroksida (Anonim, 2014)
Larutan asam dan basa dapat dibedakan melalui pengujian dengan indikator. Indikator yang sering digunakan adalah lakmus merah dan lakmus biru. Asam-basa juga dikenal di bidang pertanian dan lingkungan hidup yaitu berkaitan dengan pH atau derajat keasaman tanah atau air. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan indikator universal. Kata ”asam” berasal dari bahasa Latin “acidum” atau “acid” dalam bahasa Inggris. Kata asam ini dikaitkan dengan rasa asam dari senyawa-senyawanya. Lawan dari asam yaitu ”alkali”, kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti abu tanam-tanaman. Senyawa alkali lebih dikenal dengan nama basa. basa dapat bereaksi dengan asam membentuk garam. Banyak contoh garam yang digunakan dalam kehidupan. Yang paling sering digunakan adalah garam dapur atau natrium klorida. Pada bahasan berikutnya akan diuraikan tentang larutan asam, basa, dan garam serta indikator asam basa.
Larutan asam, basa, dan garam memiliki sifat yang berbeda. Hal ini dapat diamati melalui suatu percobaan dengan menggunakan indikator atau dengan mempelajari rumus dan reaksi-reaksinya. Salah satu cara yang paling mudah untuk membedakan sifat larutan asam dan basa yaitu dengan menggunakan lakmus merah dan lakmus biru.Selain dengan indikator kertas lakmus, identifikasi larutan asam basa bisa digunakan fenolftalein. Dalam kehidupan sehari-hari basa sering digunakan sebagai bahan pembuatan shampo (sampo) bersama-sama dengan lemak atau minyak. Selain itu di bidang kesehatan, Aluminium hidroksida digunakan sebagai bahan obat sakit perut (maag), magnesium hidroksida untuk bahan obat pencahar. Sabun yang kita gunakan bisa dibuat dari basa natrium hidroksida (Anonim, 2014)
1.2.
Tujuan
Tujuan praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi
Asam Basa adalah:
a.
Mengetahui cara
titrasi
b.
Melakukan
titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
titrasi
Titrasi
atau titrimetri adalah analisa kimia
kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan dianalisis. Larutan dengan
konsentrasi yang diketahui tersebut disebut larutan standar. Bobot zat yang
hendak dianalisis dihitung dari volume larutan standar yang digunakan serta
hukum stoikiometri yang diketahui. Untuk memperoleh larutan standar, perlu
dilakukan proses standarisasi sebelum melakukan analisa konsentrasi larutan
yang ingin dianalisa. Secara umum, larutan standar ada dua jenis. Pertama,
larutan standar primer yang menjadi acuan dalam proses standarisasi. Kedua,
larutan standar sekunder, yaitu larutan standar yang akan distandarisasi dan
lebih lanjutnya akan digunakan untuk proses analisis sampel. Standarisasi perlu
dilakukan, karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak stabil jika
disimpan dalam waktu yang lama. Sedangkan larutan standar primer yang dipilih
biasanya memiliki sifat stabil jika disimpan dalam waktu yang lama, misalnya
saja tidak higroskopis sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah (Anoim,
2012)
2.2.
Pengertian titrasi asam dan basa
Titrasi asam basa
menurut pengertian adalah proses menetralkan larutan yang tidak diketahui
(UNKNOWN) dengan cara meneteskan (titrasi) suatu asam kuat dan basa kuat yang
telah diketahui konsentrasinya kedalam larutan UNKNOWN tersebut. Penetralan
merupakan kata kunci yang harus dipahami dalam titrasi jenis ini dimana io
hidrogen yang menyebabkan suatu larutan bersifat asam bereaksi dengan ion
hidroksida yang dalam suatu menyebabkan suatu larutan bersifat basa sehingga
membentuk suatu molekul air. Sehingga untuk mengetahui konsentrasi sampel
UNKNOWN yang bersifat basa, maka standar yang digunakan untuk proses titrasi
adalah standar asam (Metode ini lebih jauh dikenal dengan istilah asidimetri),
demikian juga sebalikanya standar basa digunakan untuk mengetahui konsentrasi
sampel UNKNOWN yang bersifat basa (yang dikenal dengan istilah alkalimetri).
Biar tidak bingung mari kita gambarkan dengan contoh secara langsung : Jika
misalnya suatu larutan tak dikenal bersifat asam dan kita titrasikan dengan
menggunakan basa kuat NaOH yang konsentrasinya sudah diketahui, katakanlah 0.5
M. pH larutan yang tak dikenal tersebut akan perlahan lahan meningkat. Dan pada
titik akhir, ketika asamnya dinetralkan, pH meningkat dengan cepat yang ditandai dengan
perubahan warna dari suatu indikator kimia. Dari hal tersebut diatas kita bisa
mencari berapa ekuivalen yang ada dalam larutan awalnya. Misalnya kita anggap
50 ml larutan asam tak dikenal tersebut menetralkan 9.3 ml NaOH. Maka ion
hidroksida yang dikonsumsi adalah : (0.0093 L) x (0.5 mol/L) = 0.0047 mol Jadi
terdapat 0.0047 ekuivalen asam dalam 50 ml larutan UNKNOWN tersebut atau 0.094
ekuivalen (0.0047 x 1.000 / 50) dalam 1 liter. Perlu diingat bahwa dalam suatu
titrasi asam basa pH tidak perlu 7 pada titik akhir. Dengan kata lain titrasi
bisa jadi berakhir dengan garam yang memiliki sifat asam / basa (Winanti,2012)
III.
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu
dan Tempat
Kegiatan praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi
Asam Basa dilaksanakan Pada hari Rabu, Tanggal 01 Mei, pukul 13.00-14.40 WIB. Di
Laboratorium Jurusan Budidaya Pertania, Fakultas Pertanian, Universitas
Palangka Raya.
3.2.
Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang
digunakan dalam praktikum kimia dasar dengan materi titrasi asm basa adalah:
Bahan yang digunakan yaitu: NaOH 0,1 N 50 ml, Phenolphtelein 3 tetes,Aquades 5
ml, HCL 20 ml, dan Kertas saring.
Alat yang digunakan yaitu: Buret 1 buah, corong,
botol semprot 1 buah, pipet gondok 10 ml 1 buah, gelas kimia 250 ml 1 buah, dan
gelas erlenmayer 250 ml 2 buah.
3.3.
Cara kerja
Cara kerja yang di lakukan dalam praktikum
Kimia Dasar dengan matri Titrasi Asam Basa ada dua cara yaitu:
3.3.1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
Dalam pembuatan
larutan NaOH 0,1 N ada beberapa tahap yaitu:
a.
Ditimbang
secara teliti 0,4 gram butiran NaOH menggunnakan kaca arloji.
b.
Pindahkan
NaOH dari gelas arloji ke dalam gelas beker yang telah berisi larutan 20-25 ml
aquades hangat.
c.
Diaduk
dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH
larutan sempurna.
d.
Dipindahkan
larutan dari gelas beker kedalam labu ukur 1000 ml.
e.
Tambahkan
aquades hingga tanda batas pada labu ukur. Ditutup dan di kocok hingga homogen.
3.3.2. Titrasi
Dalam
melakukan titrasi ada beberapa tahap tahap yang perlu diketahui yaitu:
a.
Bersihkan
buret dan bilas dengan NaOH yang akan dipakai sebanyak 3 tetes ≠ 5 ml, kemudian
masukan larutan NaOH kedalam buret menggunakan corong sampai volumenya melebihi
skala nol buret, kemudian turunkan volume larutan NaOH pada buret samapai tepat
skala nol.
b.
Pipet
10 ml Larutan asam yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan pipet
gondok dan masukan kedalam labu erlenmeyer dengan teknik yang benar.
c.
Tambakan
aquades kedalam labu erlenmeyer 5 ml untuk membilas larutan yang menempel pada
dinding labu erlenmeyer, tamb ahkan 3 tetes indikator phenolphtalein.
d.
Lakukan
titrasi dengan cara meneterkan larutan NaOH dari buret secara perlahan-lahan
tetes demi tetes sampai larutan akan berubah warna.
e.
Catat
keadaan akhir buret yang menunjukan volume larutan NaOH yang dipakai yakni
selisih volume semula denngan volume akhir.
f.
Ulangi
percobaan sebanyak 2 kali (lakukan duplo).
g.
Hitung
konsentrasi yang telah dititrasi (molaritas dan normalitas, pengenceran).
h.
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.
Hasil pengamatan
Tabel. 1 Hasil Pengamatan pembuatan larutanNaOH
0,1 N
No.
|
Nama Bahan Baku
|
Jumlah
|
1.
|
NaOH
|
0,4 g
|
2.
|
H2O
|
100 ml
|
Tabel. 2 Hasil Pengamatan Asam Basa
No
|
Larutan Awal
|
Indikator
|
Titrasi
|
Hasil
|
|||
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
||
1.
|
HCL
|
10 ml
|
PP
|
3 tetes
|
NaOH
0,1 N
|
23 ml
|
ungu
|
2.
|
HCL
|
10 ml
|
Pp
|
3 tetes
|
NaOH
0,1 N
|
22 ml
|
ungu
|
Rata-rata
|
10 ml
|
|
3 tetes
|
|
22,5
|
|
4.2.
Pembahasa
4.2.1.
Pembuatan
larutan NaOH 0,1 N
Dari hasil tabel. 1 pengamatan pembuatan
larutan NaOH 0,1 N ada dua bahan yang digunakan yaitu: a). Bahan baku NaOH; dan
b). H2O. NaOH yang di gunakan yaitu 0,4 g dan
dilarutkan bersama H2O
sebanya 100 ml hingga menjadi larutan jenuh. Adapun cara menghitung larutan
NaOH 0,1 N yaitu:
Rumus : N = M

9 = M .
V = 0,1 . 40 . 1 O
= 49
Na= 23
O = 16
H =

4.2.2.
Titrasi
Asam Basa
Hasil pengamatan titrasi asam basa dilakukan
dua kali percobaan, percobaan pertama larutan awal HCL dengan jumlah 10 ml
ditambahkan indikator PP (Phenolphtatein) 3 tetes dengan mentitrasikan NaOH 0,1
N 23 ml akan menghasilakan perubahan warna ungu. Adapun percobaan kedua larutan
awal HCL dengan jumlah 10 ml ditambahkan indikator PP (Phenolphtatein) 3 tetes
dengan mentitrasikan NaOH 0,1 N 22 tetes akan menghasilkan perubahan warna
ungu. Perbedaan percobaan pertama dan kedua hanya di hasil titrasi NaOH 0,1 N, percobaan
pertama NaOH 0,1 N 23 ml dan percobaan kedua NaOH 0,1 N yaitu 22 ml jadi
rata-rata NaOH 0,1 N adalah 22,5 ml.
Perubahan warna yang terjadi di
titrasi asam basa yaitu adanya pelarutan
NaOH, HCL dan Indikator PP sehingga mencapi titik akhir yang adapt terjadi
sesudah titik eqiuvalen tercapai (titik akhir titrasi).
Rumus
: V1 . M1 = V2 . M2

Ket :
M1 =
Molaritas/konsentrasi NaOH
V1 =
Volume titrasi NaOH
M2 =
Konsentrasi HCL
V2 =
Volume HCL
Dik : M1 = 0,1
N
V1 = 10
ml
V2 =
22,5 m
Dit : M2 . . . ?
M2 = V1 . M1
V2
=
22,5 . 0,1
10
=
0,225 N
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Mentitrasikan suatu bahan kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan
yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi
secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan dianalisis.
Titrasi
asam basa menggunakan tiga bahan yaitu: a). NaOH 0,1 N; b). HCL; dan c).
Indikator PP. Agar titrasi asam basa bisa di amati yaitu dengan mencampurkan
tiga bahan tersebut hingga mencapai titik eqiuvalen sehingga NaOH 0,1 N menjadi
netral.
DAFTAR PUSTAKA
Arham, 2013. Pengertian asam basa
menurut para ahli. (http://arham07.blogspot.com/2013) diakses pada tanggal 04 April 2015
Anonim, 2014. Kegunaan asam basa dan indikator (http://id.wikipedia.org)
diakses pada 04 April 2015
Anonim,
2012. Pengertian titrasi ( http://popokberuk.blogspot.com)
diakses pada tanggal 04 april 2015
Winanti,
2012. Titrasi asam basa (http://jasakalibrasi.net)
diakses pada 04 April 2015.